Jangan paksa aku
Mentari telah
terbit dari peradabannya memancarkan sinar dari fajar hingga senja bergulir,
ditemani kicauan burung yang menandakan dimulainya hari, rintik embun pun
melengkapi indahnya pagi dan tak lupa senyum sapa penuh semangat
bunda pertiwi
terhadap putra putri indonesia.
Dinda yang sedang duduk manis di
halaman rumahnya itu asyik dengan senar senar gitar yang ia petik, gadis Imut
cantik nan lembut ini memang sudah menggeluti bidang musik dari sejak kecil
karena itulah julukan pemusik cilik pun pernah singgah padanya. Kaos oblong
celana kolor atau lebih tepatnya baju santai
ditambah topi coklat yang selalu
membalut tubuhnya itu menjadi ciri khas Dinda yang simpel namun modis, wajar
saja Dinda tak pernah mengenakan baju layaknya perempuan asli akan tetapi ia
lebih sering mengenakan baju ala anak laki-laki yang sifatnya simpel dan modis
karena itulah Dinda dikenal juga dengan gadis tomboy nan riang. Riang
karena dia selalu berusaha menebar senyum pada semua yang dia temui termasuk
orang yang baru ia kenal sekalipun.
Satu keinginan terbesar yang dia
mimpikan menjadi pemusik yang dikenal masyarakat kecil bukan pemusik yang
dikenal dunia. Namun, keinginannya itu sempat ditentang oleh keluarganya ,
semua anggota keluarga tak setuju karena mereka pikir musik itu membuat bising
orang sekampung dan bukan hanya itu mereka juga malu jika Dinda menjadi pemusik
secara mereka semua adalah para pendidik atau yang lebih kita kenal sebagai guru.
Gak salah juga ayah Dinda seorang kepala sekolah di salah satu sekolah dasar di
Desa tetangga, kakaknya seorang guru matematika di salah satu sekolah dasar di
kampungnya dan bukan hanya itu kakak perempuannya pun ikut menjadi guru di
salah satu smp, dengan otomatis mereka di kenal masyarakat dengan akhlak yang
baik, dan mereka pikir jika Dinda menjadi pemusik pasti akan menurunkan harga
diri keluarga apalagi jika dinda gabung dengan orang-orang tak berpendidikan.
Akan tetapi sikap keras kepalanya Dinda tak pernah luntur hingga ia nekat masuk
ke sekolah musik.
Seperti biasa pagi ini Dinda
berangkat ke sekolah musik secara diam-diam, “kak Ros , Dinda pergi main dulu
ke Kampung sebelah.“ teriak Dinda sambil beranjak dari kamarnya “Ia de hati-hati, mainnya jangan sampai sore
ea.“ jawab kakaknya dari balik pintu kamar “oke sist, gax lama kok paling-paling
sampai larut malam hehehe“ jawabnya dengan sedikit becanda. Bergegaslakh Dinda
pergi ke tempat ia menambah ilmu tak ada kecurigaan dari benak kakaknya itu,
Sementara itu ayah dan ibunya sedang berkunjung kerumah sodaranya jadi pagi ini
dia aman berangkat. “Hhukh, Selamat selamat kagax ketahuan sama si kakak nie.“
bisik hatinya.
Pagi sudah berganti siang siang pun
hampir habis dan akan berubah senja namun Dinda belum pulang pula sontak dengan
otomatis semua anggota keluarganya panik dan mencari Dinda namun dinda belum
juga ditemukan “Kak kamu tahu tadi Dinda bilang mau pergi kemana ??” tanya ayah
pada kak Rosa.
“ijinnya
sich cuman mau kerumah temenya yang di kampung sebelah, yah” jawab kak ros
dengan paras yang ketakutan. Eitsss………. Tak lama kemudian Dinda datang dengan
wajah yang polos seperti gak punya salah, “asalamualaikum Dinda pulang…….. “sapa
Dinda dari pintu luar “ waalaikumsalam wah wah anak ayah yang satu ini habis
dari mana masa main sampai larut malah gini sih…….”Jawab ayah dengan agak
sangar“ abis main di rumah temen, yah “jawab dinda dengan polos.“ bohong yah
Dinda habis main musik di sekolah musik kampung sebelah “timbal kak Yogi dari
balik pintu, yang juga baru pulang dan dengan aku sengaja tadi dia melihat
Dinda keluar dari gedung musik itu,
secara tak langsung kak Yogi tau kalau Dinda membohongi ayahnya dan spontan
ayahnya marah “Dinda sudah berapa kali ayah peringatkan kalau kamu itu jangan
berharap untuk menjadi seorang musisi seperti yang kau inginkan dan jangan
harap ayah akan memeberi kamu ijin untuk mengikuti kelas musik, mulai dari
sekarang ayah mau sepulang sekolah atau hari libur sepert ini kamu ikut privat
kepribadian biar kamu jadi seorang pramugari seperti apa yang ayah mau“ omel
ayahnya pada Dinda “hakh apa sekolah kepribadian ayah bilang pokonya dinda gak
mau yang dinda mau adalah dinda masuk kelas musik jadi musisi sukses seperti
yang dinda cita-citakan selama ini agar dinda bisa selalu membuat mereka
tertawa dengan nada-nada yang dinda mainkan, pokonya Dinda gak mau jadi
pramugari yang kerjanya hanya berkeliling dan melayani penumpang pesawat“
timpal dinda dengan suara yang lantang “sekali kamu ini akibat dari sekolah
usik yang kau ikuti selama ini coba aja kamu ikut saran ayah pasti kamu menjadi
wanita cantik yang lembut.“ jawab ayah “tapi bukan itu yah, yang dinda mau tapi
dinda mau hidup penuh musik“ dinda menghelak perkataan ayahnya “sudahlah yah
anak bandel seperti itu mah harus kita kurung agar dia sadar“ tambah kak yogi,
sehetak ayahnya dinda marah besar hingga mengurung dinda selama satu minggu
dalam kamarnya dan tak boleh ada yang menghubungi dinda kecuali keluarganya sendiri.
Tiba-tiba dinda jatuh pingsan tanpa
ada penghalang dinda terjatuh langsung kelantai, sontak ayah ibu dan kakak’2nya
yang tadi memrahi dinda kaget dan dengan cepat merangkul dinda yang sudah
tergeletak tak sadarkan diri dengan kilat mereka membawa dinda ke rumah sakit
terdekat. Sesampainya di rumah sakit dida langsung dibawa ke ruang UGD untuk
mendapat pertolongan pertama, satu jam berlalu dokter yang tadi memeriksa dinda
pun keluar dari balik pintu ruang UGD dan menyatakan kenyataan pahit yang
mungkin sulit diterima oleh semua anggota keluarga, kenyataan yang mungkin
membuat anggota keluarga stress ternyata Dinda mengalami lemah jantung
(Penyakit yang jarang dikenal orang karena penyakit ini sulit diprediksi dan
tak ada gejala serius pada penderita). “gak mungkin dok, gak mungkin anak saya
menderita penyakit ini…” reaksi ayah dinda saat itu sangat drop dia tak pernah
menyaka bahwa anak kesayangannya harus menderita penyakit serius seperti ini,
tak da silsilah keluarga ataupun kejanggalan pada diri Dinda dan mungkin gejala
serius untuk menandakan dinda mengidap penyakit, selama ini dinda tak pernah
mengeluh sakit apapun yang terlihat di tubuh dinda itu keadaan sehat karena
baru kali ini Dinda jatuh pingsan baru kali ini pula dinda mimisan.
“ibu………… ayah……….. aku dimana,
sedang apa aku disini, antar aku latihan musik sore ini, ibu……………. Ayah……………….
Anterin Dinda” teriak Dinda dari dalam ruangan ia baru saja sadar dari
pingsannya itu, bergegaslah ayah berlari masuk menerobos pak dokter yang sedag
berdiri di depan pintu kamar “ayah disini din…… iya nanti ayah antar kamu untuk
latihan musik” jawwab ayah sambil memeluk Dinda dengan penuh rasa sedih. Banjir
air mata pun tumpah diruang kecil yang mungkin hanya berukuran 4x3 yang
tertutup gorden berwarna hijau, kejengkelannya luntur menjari haruan linangnya
airmata.
“Din, ayah minta maaf yah kalau
selama ini ayah kurang mendukung dengan apa yang kamu inginkan, ayah bukan
bermaksud ingin memutuskan keingin kamu menjadi musisi hebat yang mampu membuat
orang-orang tersenyum ceria, tapi ayah inin melihat kamu mengenakan pakaian
yang mungkin layak untuk perempuan, hanya itu yang ayah mau “tutur ayah dengan
terbata-bata“ ayah salah harusnya dinda yang harus meminta maaf pada ayah,
karena selama ini dinda tidak mendengarkan apa yang ayah perintahkan pada
Dinda……………” jawab Dinda dengan suara lemah “sudahlah yang kemarinmah biarkan
hanya menjadi lukisan hidup kita kebelakang, mungkin untuk kedepannya ayah akan
serahkan pada dinda, dinda boleh memilih apa saja yang dinda mau.” timbal
ayahnya.
Sekian waktu telah terlewat dinda
sudah kembali melakukan aktivitas seperti biasa. Mungkin kini Dinda tidak diam-diam
lagi untuk sekolah musik karena sekarang ayahnya sudah memberi ijin untuk anak
bungsunya ini menjadi pemusik. Suatu malam setelah Dinda selesai shalat,
mengaji dan mengerjakan semua tugasnya ia menarik secuir kerta dan pena dan ia
menulis satu rangkaian kata yang bermakan :
Mungkin waktu ini yang aku tunggu
dan kunanti
Walauku harus menentang semua
perintah orangtuaku
Keberhasilan dalam bidang ini yang
aku cari
Memenuhi alunan kalbu yang mungkin
pernah sepi
Meluangkan waktu hanya untuk
memetik senar gitar ini
Menari-nari dalam detik yang
singkat
Mungkin kucari senyuman yang penuh
makna yang
semoga hari ini akan kita rindukan
dihari nanti
sebuah mimpi sebelum tiba waktuku
dan
mungkin jikaku tidur dalam damai
Pintaku kecup kening kiriku
Dan jangan ada tetetasan airmata
ditubuhku
Tuliskan nama lengkapku dibatu
nisan terindah
Dan cetak foto terbaikku di buku
kecil penuh makna
Kini aku telah lelah menjalani
semuanya
Aku akan serahkan semuanya kepada
orang-orang
Yang masih kuat membimbing mereka
untuk selalu tersenyum ceria setiap
saat
salam terakhir Dinda renita putri
_pemusik riang nan abadi_
Setelah tulisannya selesai
disimpanlah kertas makna itu kedalam selipan buku novelnya. Tidak tau apa yang
mungkin terjadi setelah ini aku tidak tau pasti, di lepaslah kaos oblong yang
membalut tubuhnya itu diganti dengan blezer putih rok mini putih (mungkin
pakaian mirip pramugari) tak lama itu ia berbaring di tempat tidurnya untuk
beristirahat selama-lamanya. Ternyata tulisan pena itu adalah tulisan terakhir
Dinda untuk kenang-kenangan sebelum ia beristirahat dalam damainya. Kini
namanya terukir indah di batu nisan dan tubuhnya hangat dibalut putihnya kain
tertutup tanah merah pula dan terlelap kehadapan kiblat, yang tertinggal hanya
alunan musiknya gitar akustiknya dan kebaikan selama ia hidup. Hingga saat ini
sulit untuk melepas kepergian Dinda untuk keluarga terutama sang ayah yang
melihat anak kesayangannya terbentang kain putih diatas tempat tidurnya yang
sudah tak bernyawa lagi.