Selasa, 08 Oktober 2013

Meretas Harap



Tuhan,ijinkan aku merasakan apapun yang aku makan, kembalikan warna lidah yang dulu sempurna dengan warna pink alami bukan warna ungu disetiap sudutnya,  disini aku bosan dengan semua kehambaran rasa yang aku nikmati setiap aku makan, aku ingin seperti yang lain mampu menikmati semua rasa yang begitu indah jika terjatuh dilidah mereka.”  
            Inilah doa disetiap rangkaian solat 5 waktuku ditambah solat sepertiga malamku yang aku minta hanya rasa dilidah ini mampu kembali sempurna. Namun, manusia hanya mampu berusaha dan bersabar dengan takdir sang illahi yang diguratkan pada hambanya dan mungkin aku salah satu hambanya yang ia cintai hingga kumiliki kehambaran dalam hidup.
            Ini pagi pertamaku memasuki sekolah kembali setelah kita liburan,rasa rindu semua temanpun akan terungkap hari ini terutama rinduku pada sosok misterius itu pasti akan terungkap hari ini. Ku hapus semua air mata yang sejak subuh menyelimuti kabut pipiku ini seperti biasa yang aku untai pagi ini adalah senyum, dalam diri sering bergumam “jangan ada duka jika tiba disekolah” itu yang membuat diriku dikenal sebagai periang karena tak pernah terlihat muram atau penuh dengan maslah seperti anak lain jika lagi senang mereka kelihatan bhaagia namun setelah bahagianya hilang mereka kembali menjadi sosok pendiam disekolah.Parkiran motor yang tak begitu luas tempat aku mengubar senyum sepuas hati gimana tidak misterius sering parker disini dengan sejuta kenangan saat kita ketemu ditempat ini kini menjadi tempat special menurut aku entah menurut dia. Kami berbeda kelas namun kami punya rasa yang tersembunyi dibalik ego masing-masing kami kenal sejak kelas satu dan hingga kami menginjak kelas 3 ni kami bertingkah seperti tak pernah kenal.
            Bukan aku jatuh dalam ego yang terlarut dalam tapi aku takut jika ku jadikan dia miliku ternyata aku harus pulang kepadaNya, meninggalkannya dengan sejuta kesedihan itulah yang aku tak ingin makanya aku pertahankan egoku hingga saat ini. Dia sosok yang aku kira tak pernah sedih itu ternyata rapuh juga, kala ia mengenang ayahnya ia mampu nangis hingga habis air matanya. Namun sayang sedihnya tak pernah aku ikutin dan ku tak pernah menghapus air mata yang membasahi lesung pipinya yang begitu indah jika direka imajinasi. Kita saling mengenal kita saling mengetahui apa yang diinginka remaja lainnya, tapi itu dia karena egonya kita hanya menjadi karakter bego dalam sebuah film kartun. Aku ingat saat itu, dimana yang dia inginkan malah aku reject dengan alas an yang tak pasti “aku ingin menjadikanmu milikku seutuhnya, jika kita berjodoh jadkanlah aku sebagai imam sejatimu.” Ujarnya dengan mata yang berbinar “aku takut jika kujadikan kau calon imamku,ternyata aku membuatmu kecewa hingga kamu trauma akan itu.”   Jawaban polos, yah gilanya aku seperti itu menjawab pertanyaan konyol dari seseorang yang memang suka membuat aku jatuh dalam imajinasiku itu. Aku mencoba menyakinkan jika aku juga ingin memilikinya namun satu hal sring aku takuti yaitu vonis yang menggerumuti hidupku saat-saat ini itu yang sering membuat hidup ini menjadi drop.  Menghalangi semua mimpi-mimpi sempurnaku satu yang membuat aku takut saat ini saat tulisan aku selesai nanti aku takut aku dipanggil pulang, ku rangkai semua hidupku dalam sebuah cerita yang dibukukan.
            Ketakutan yang menghambat kemajuan hidupku hingga buku ini tersendat-sendat dan aku berpikir jika buku itu selesai aku harus kembali padaNYA, padahal aku  merencanakan dihari ulangtahunku nanti aku mampu mempublikasikan satu karya terindahku ini kepada masyarakat, tapi dibalik kelainan ini aku kembali terjun bersama ketakutanku dan harapan harapan menakutkan yang mampu membuat kisah dalam buku pun aku buat sedemikian sama dengan yang aku alami saat ini. Mengapa aku harus terjun dalam sebuah penyakit seperti ini yang sulit diperbaiki??, hatiku hanya mampu membisikan mungkin tuhan sayang padamu hingga kau mesti jatuh dalam keadaan seperti ini.
            Semua karanganku sering dimuat diberbagai situs social media, hanya saja belum aku bukukan jika telah menjadi buku sepertinya akan menjadi hak paten yang aku miliki, karena penyakit ini aku terhambat tentang karyaku, terhambat untuk menggapai cintaku, terhambat untukku membahagiakan keluargaku, semuanya telah terhambat. Mungkin aku hanya mampu membuat sedikit karya untuk membuat mereka bangga setelah aku tiada karena aku pikir  sekarang adalah “Bagaimana aku dikenang setelah aku tiada, Bukan dikenang saat aku hidup”. Makanya aku berusaha menjadi yang terbaik untuk semua orang yang mengenalku terutama orang yang sering membuatku misterius dalam hidup ini dia yang selalu memiliki keindahan paras dan dia memiliki kesempurnaan bahagia, mungkin sering terbesit jika aku pulang nanti apa yang akan reaksikan, kehilangan apa mungkin ia akan senyum seperti apa yang ia tebar setiap pagi setiap kita dalam satu lembaga pendidikan. Entahlah, itu hanya rahasianya kemungkinan sembuhku memang telah tipis disini aku selalu sendiri kini tak ada lagi sahabat smp yang sering membuat senyum hingga memanjakan hidupku setiap saat, tak ada pula sahabat sma yang sering merangkai erita tentang sosok yang diluar sana namun bukan ia, dan yang paling sedih kini ia jauh dikota lain tak pernah ada lagi senyum digerbang setiap pagi, tidak ada lagi kecupan-kecupan disetiap pulangku, tidak merangkai misteri kita kembali, tidak pernah lagi mengukir keajaiban hati yang membangun kestiaan, kini aku sadar selama umurku masih melekat pada takdir hidupku aku akan berusaha bangkit demi mereka yang sanggup membuatku selalu mengutas senyum merangkai cerita indah disela-sela akhir waktuku. “ya tuhan mungkin aku hanya menunggu takdirmu disini, ijinkan aku meretas karya terbaikku sebelum hembusan nafasi ni mesti berhenti, jika aku telah lelah melewatinya boleh kau jemput aku untuk tidur di pangkuanmu dan menceritakan bagaimana bahagianya aku memilki sosok laki-laki misterius yang sering membuat aku terjun dalam kebahgiaan, bukan hanya itu aku punya sahabat-sahabat yang mampu mebuat aku berharga diantara mereka. Yatuhan tolong jaga mereka jika nanti aku mesti pulang dan beristirahat disampngmu dan bermain dialkautsarmu, buat mereka selalu bahagia dan jangan buat mereka sepertiku yang mesti tak sempurna. Buat mereka tersenyum saat aku harus memakai kain putih itu dan biarkan mereka mengantar ketempat terakhirku dengan sejuta senyuman dari bibir mereka.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar